Rabu, 30 November 2011

model praktek keperawatan profesional


BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang secara terus-menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan ada hal penting yang harus dibahas yaitu model praktek keperawatan profesioan yang dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini akan membicarakan tentang “Model praktek keperawatan profesional”.
Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga dan masyarakat, menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit, serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas sebagai seorang perawat yang profesional wajib mengetahui, mampu memilih dan menerapkan model-model praktek keperawatan profesioanl yang paling tepat bagi klien. Sehingga diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dan tujuan MPKP?
2. Apa sajakah jenis-jenis Model Praktek Keperawatan Profesional?
3. Bagaimanakah cara Memilih Model Praktek Keperawatan Profesional dengan tepat?
4. Bagaimana Model Praktek Keperawatan Profesional di Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui pengertian dan tujuan Model Praktek Keperawatan Profesional
2. Untuk Mengetahui jenis-jenis Model Praktek Keperawatan Profesional
3. Untuk Mengetahui cara Memilih Model Praktek Keperawatan Profesional dengan tepat
4. Untuk Mengetahui Model Praktek Keperawatan Profesional di Indonesia














BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN DAN TUJUAN MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
            Perawat merupakan suatu profesi dalam bidang kesehatan yang bertugas unutuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat baik sehat maupun sakit secara holistik (keseluruhan). Di Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Salah satu cara untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal yaitu dengan mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
            Ada beberapa jenis model praktek keperawatan professional yang dapat diterapkan oleh perawat, adapaun tujuan dari penetapan model keperawatan professioak tersebut adalah:
1.Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2.Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
3.Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5.Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.
Dengan pengembangan MPKP, diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan. Melalui MPKP asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat dapat diatur secara terstruktur dan jelas sehingga malpraktek dan kelalaian dapat terhindari.
B. JENIS MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
1. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Primer
Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam praktek keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse)
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002):
1) Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.


2) Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Adapun uraian tugas Kepala Ruang adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
1) Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing
2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien.
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan . Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
8) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
9) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan RS.


b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll.
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada ditempat kepada ketua tim
8) Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
10) Identifikasi masalah dan cara penanganan
c. Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2) Memberi pujian kepada anggota yang melaksanakan tugas dengan baik
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien
5) Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
6) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
1) Melalui komunikas : Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksanan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
2) Melalui superfisi : Pengawasan langsung dan tidak langsung.
3) Evaluasi : Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim serta melakukan Audit keperawatan.
Metode tim merupakan suatu model dan praktik keperawatan profesional dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.

C.CARA PEMILIHAN MPKP YANG BAIK
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat dahwa ada beberapa MPKP yang dapat diterapkan dalm pemberian asuhan keperawatan. Untuk itu perawat harus dapat memilih model praktek keperawatan professional yang paling tepat bagi klien karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress. Maka perawat perlu mempertimbangkan 5 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.
D.MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN DI INDONESIA
Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP). Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.
1.Modifikasi MPKP di Indonesia
Mengingat keterbatasan jumlah dan pendidikan sumber daya perawat di Indonesia- mayoritas tenaga keperawatan masih lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)-praktik keperawatan profesional tidak bisa seperti yang dilakukan di negara maju. Maka di Indonesia MPKP yang sering diterapkan adalah modifikasi model praktek keperawatan primer.

Penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan derajat ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah perawat primer (PP) yang lulusan S1 keperawatan, perawat asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta SPK. Tenaga lain adalah pembantu keperawatan. Mereka berada dalam satuan tim yang dibimbing dan diarahkan oleh Clinical Care Manager (CCM) yang merupakan magister spesialis keperawatan.

Tindakan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, karena bentuk tindakan lebih pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien yang perlu landasan konsep dan teori tinggi. PP melakukan pertemuan dengan anggota tim kesehatan lain terutama dokter. PP juga mengarahkan dan membimbing perawat lain serta bertanggung jawab atas semua asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim pada sekelompok klien. Tugas PP dibantu PA.

Tugas membersihkan meja klien, menyediakan dan membersihkan peralatan yang digunakan, mengantar klien konsul atau membawa pispot ke dan dari klien dilakukan oleh pembantu keperawatan.

Asuhan keperawatan dilakukan berdasar standar rencana keperawatan yang ada. Ketua tim (PP) melakukan validasi terhadap diagnosis keperawatan klien berdasarkan pengkajian yang dilakukan.

2. Model Praktek Keperawatan Profesioanal yang sudah dikembangkan

Standar rencana keperawatan yang sudah dikembangkan adalah untuk gangguan sistem pernapasan (tuberkulosis paru, penyakit paru obstruktif kronik), gangguan sistem pencernaan (sirosis hati), gangguan sistem
kardiovaskuler (gagal jantung, hipertensi), gangguan sistem perkemihan (gagal ginjal, glomerulonefritis) dan gangguan sistem imun (AIDS).

Pelayanan keperawatan profesional mewujudkan dampak positif yang memungkinkan pemberian asuhan keperawatan klien secara berkesinambungan dan dapat dipertanggunggugatkan oleh perawat primer.Secara kualitatif, PP ada kebanggaan profesional karena ada otonomi dan kesempatan mengobservasi perkembangan klien secara berkesinambungan dan PA dapat bekerja lebih terencana. Dokter merasa ada kerja sama yang lebih baik dibanding ruang lain yang tidak menerapkan MPKP. Kepuasan klien dan keluarga lebih baik. Angka infeksi nosokomial (infeksi yang ditularkan di rumah sakit) menurun. Juga dimulai kegiatan riset keperawatan di tingkat ruang rawat. (ATK)












BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
            Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perawat merupakan sebuah tenaga professional, maka dalam menjalankan praktek keperawatannya perawat harus meneparapkan salah satu dari model praktek keperawatan profesioal, serta dapat memilih model tersebut secara tepat.
B.SARAN
            Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan tambahan informasi bagi perawat tentang model keperawatan, kemudian penulis menyarankan agar pembaca terutama perawat dapat memilih dan menerapkan salah satu dari model praktek keperawatan professional.  

Tidak ada komentar: