Rabu, 02 November 2011


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu, tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum, bersifat pribadi dan hanya dikaitkan dengan masalah hubungan antar lawan jenis. Namun pada lain hal klien tidak terlepas dari aspek seksualitasnya ketika mereka berada dalam sistem pelayanan kesehatan.
Dalam pelayanan kesehatan dengan pendekatan holistik,semua aspek saling berinteraksi. Untuk itu perawat harus mempunyai dasar pengetahuan, ketrampilan dalam pengkajian dan komunikasi serta sikap yang tepat.Sehingga dapat memberikan penyuluhan tentang aspek seksuaitas.
Adapun latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai seksualitas yang akan membantu perawat dalam mengenali nilai dan bias seksual serta memperluas pemahaman tentang batas normal perilaku seksual sehingga mampu memberikan perawat secara lebih efektif.
B.     RUMUSAN MASALAH
1. Apakah konsep tentang seksualitas?
2. Bagaimana sikap terhadap aspek seksualitas?
3. Bagaimana siklus perkembangan seksualitas?
4. Bagaimana respon seksual?
5.Apakah hubungan kehamilan dengan seksualitas?
6. Apa saja masalah yang berhubungan dengan seksualitas?
7. Bagaimana seksualitas dalam proses keperawatan.

C.      TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep tentang seksualitas
2.  Untuk mengetahui sikap terhadap aspek seksualitas
3. Untuk mengetahui siklus perkembangan seksualitas
4. Untuk mengetahui respon seksual
5. Untuk mengetahui hubungan kehamilan dengan seksualitas
6. Agar dapat mengidentifikasimasalah yang berhubungan dengan seksualitas.
7. Agar dapat memahami seksualitas dalam proses keperawatan.





















BAB II
TINJAUAN TEORI

A.        KONSEP TENTANG SEKSUALITAS.
1. Definisi
Di dalanm kehidupan masyarakat umum seks sering disamakan dengan seksualias, padahal pada dasarnya seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda, seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi. Sedangkan seks adalah sesuatu yang menjelaskan tentang ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada laki-laki dan perempuan serta hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual genital).
  Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologi dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual.
            2. Orientasi Seksual
Orientasi seksual adalah dengan jenis kelamin mana seseorang lebih tertarik secara seksual. Orientasi seksual dikategorikan menjadi dua yaitu heteroseks (orang yang secara seksual tertarik dengan lawan jenis) dan homoseks (orang yang secara seksual lebih tertarik dengan orang lain yang sejenis kelamin). Di antara kedua orientasi seksual tersebut, masih ada perilaku-perilaku seksual yang sulit dimasukkan dalam satu kategori tertentu karena banyak sekali keragaman di dalamnya .
Homoseksualitas adalah ketertarikan secara seksual dan aktivitas seksual pada jenis kelamin yang sama. Laki-laki yang tertarik kepada laki-laki disebut gay, sedangkan perempuan yang tertarik pada perempuan disebut lesbian. Terjadinya homoseksualitas sampai saat ini masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa hal ini terjadi sejak lahir (dipengaruhi oleh gen) dan ada pula yang mengatakan dari pengaruh lingkungan.
            Heteroseksual adalah ketertarikan secara seksual pada jenis kelamin yang berbeda. Laki-laki yang tertarik kepada wanita dan sebaliknya, orientasi seksual ini merupakan keadaan normal dalam kodrat manusia.
3. Perilaku Seksual
a. Definisi
Dorongan seksual bisa diekspresikan dalam berbagai perilaku, namun tentu saja tidak semua perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual seseorang. Ekspresi dorongan seksual atau perilaku seksual ada yang aman dan ada yang tidak aman, baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Setiap perilaku seksual memiliki konsekuensi berbeda.
Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual. Bentuk perilaku seksual bermacam-macam mulai dari bergandengan tangan, berpelukan, bercumbu, bercumbu berat sampai berhubungan seks.
b. Macam-macam Perilaku Seksual.
1. Perilaku seks aman (Touching)
Perilaku seks aman adalah perilaku seks tanpa mengakibatkan terjadinya pertukaran cairan vagina dengan cairan sperma misalnya dengan bergandengan tangan, berpelukan, berciuman. Sementara hubungan seks tanpa menggunakan kondom bukan merupakan perilaku seks aman dari kehamilan dan PMS. Jika benar-benar ingin aman, tetaplah tidak aktif seksual tetapi jika sudah aktif, setialah dengan satu pasangan saja, atau gunakan kondom dengan mutu yang baik dan benar agar dapat mengurangi risiko terkena PMS, HIV/AIDS dan kehamilan

2. Anal Seks
Anal seks adalah hubungan seksual di mana penis yang ereksi dimasukkan ke rectum melalui anus. Selain itu penetrasi anus dengan dildo, butt plug, vibrator, lidah, dan benda lainnya juga disebut anal sex. Anal sex dapat dilakukan oleh orang heterosexual maupun homosexual.
3. Biseksual
Biseksual adalah kondisi tertentu yang membuat seseorang mampu menikmati stimulasi erotis-seksual, baik dari pasangan sejenis maupun lain jenis.
4. Homoseksual
Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan atau romantis antara pribadi yang berjenis kelamin sama. Homoseksualitas dapat mengacu kepada:
1. Orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama.
2. Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli orientasi seksual atau identitas gender.
3. Identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.
5. Oral Seks
 Oral seks adalah suatu variasi seks dengan memberikan stimulasi melalui mulut dan lidah pada organ seks / kelamin pasangannya. Cunnilingus yaitu seks oral yg dilakukan seorang pria pada vagina dengan mulut ataupun lidah. Fellatio adalah seks oral yang dilakukan wanita kepada alat kelamin pria, penis dan testis.
6. Masturbasi
Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan pada bagian tubuh yang sensitive, namun tidak sama pada masing-masing orang, misalnya: puting payudara, paha bagian dalam, alat kelamin (bagi wanita terletak pada klitoris dan sekitar vagina; sedangkan bagi laki-laki terletak pada sekitar kepala dan leher penis). Misalnya laki-laki melakukan masturbasi dengan meraba penisnya, remaja perempuan menyentuh klitorisnya hingga dapat menimbulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi pada remaja laki-laki.
7. Berciuman (Kissing)
Berciuman adalah sebuah proses cumbuan pada pasangan seksual dengan menggunakan bibir. Berciuman yang bersifat cumbuan biasanya dilakukan pada daerah sensitif, misalnya bibir atau leher.
8. Onani
Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang berpendapat bahwa onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah masturbasi dapat berlaku pada perempuan maupun laki-laki.
9. Bercumbu berat (Petting)
Bercumbu berat adalah melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, jadi sebatas digesekkan saja ke alat kelamin perempuan. Ada pula yang mengatakan petting sebagai bercumbu berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan seks.
10. Hubungan seksual
Hubungan seksual yaitu masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang di dalamnya terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan

B.        SIKAP TERHADAP KESEHATAN SEKSUALITAS
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya misalnya dalam menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh norma dalam masyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati.
 Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif yang memperkaya dan meningkatkan kepribadian,  komunikasi dan cinta (WHO, 1975). 
            Definisi ini mencakup dimensi biologi, psikologi dan social dan kultural.
1.       Dimensi biologi
Merupakan dimensi yang berkaitan dengan anatomi dan fungsional organ reproduksi termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal.
Misalnya : kesehatan reproduksi pria & wanita berbeda, membutuhkan perawatan yang berbeda pula baik interna maupun eksternal.
2.       Dimensi psikologi
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis seksualitas mengandung sesuatu yang dipelajari. Orangtua mempunyai pengaruh signifikan pertama pada anak-anaknya dalam mempelaari hal-hal mengenai seksualitas.
  1. Dimensi social
Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks, serta lingkungan juga dapat, menentukan batasan serta kesempatan dalam seksualitas.

4.       Dimensi kultural
Dimensi kultural menunjukan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.Dimana perilaku seks ini dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah perilaku yang diterima didalam kultur
Contoh : 
  • Perilaku yang diperbolehkan selama pacaran, hal-hal yang dianggap merangsang,tipe aktivitas seksual, sanksi & larangan dalam perilaku seksual, atau menemukan orang yang boleh atau tidak boleh dinikahi.
  • Tradisi seksual kultural adl sirkumsisi. Di AS masih merupakan kontroversial, akan tetapi 80% neonatus di AS disirkumsisi, karena alasab higienis, atau simbol keagamaan &identitas etnik tertentu.
Kesehatan seksual terdiri atas beberapa komponen, adapun komponen-komponen kesehatan seksual adalah sebagai berikut:
 1.  Konsep seksual diri adalah nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan bagaimana seseorang mengekspresikan seksualitasnya. Konsepseksual diri yang negatif menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan orang lain
2.  Body image adalah pusat kesadaran terhadap diri sendiri yang secara konstan dapat berubah. Berisi tentang bagaimana seseorang memandang (merasakan) penampilan tubuhnya berhubungan dengan seksualitasnya seperti ketika berada dalam masa kehamilan, proses penuaan, trauma, penyakit, dan terapi tertentu
Contoh : Wanita ---bentuk tubuh dan ukuran payudara   
                                   Pria --- ukuran penis
3.  Identitas  jender adalah suatu pandangan mengenai jenis kelamin seseorang, sebagai laki-laki atau perempuan yang mencakup komponen biologi, juga norma sosial dan budaya.
       istilah bagi seseorang yang identitas jender atau ekspresi jendernya berbeda dengan anatomi jenis kelaminnya disebut Transjender 
                   Transjender mencakup :
·            Cross-dresses adalah orang yang rutin menggunakan pakaian dari jenis kelamin yang berbeda sebagai bentuk ekspresi jender yang tidak perlu dihubungkan dengan orientasi seksual. Kebanyakan dari  cross-dresser adalah heteroseksual
·            Interseks adalah orang yang memiliki organ seksual ganda (ambiguous) pada saat lahir (hermaprodit)
·            Transeksual preoperatif adalah seseorang yang mengalami konflik antara jender dengan anatominya
·            Transeksual postoperatif adalah orang yang telah menjalani operasi untuk mengubah jendernya
Seseorang yang disebut memiliki kesehatan seksual harus memenuhi beberapa karakteristik kesehatan seksual yaitu :
·      Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan meniadakan kekerasan, eksploitasi dan penyalahgunaan seksual.
·      Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri terhadap penampilan pribadi
·      Kongruen antara seks biologis, identitas jender, dan perilaku peran jender
·      Kemampuan membuat keputusan pribadi (otonomi) mengenai kehidupan seksual yang dijalani dalam konteks personal dan etik sosial
·      Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi, sentuhan, emosional dan cinta
·      Kemampuan menerina pelayanan kesehatan seksual untuk mencegah dan mengatasi semua masalah, dan gangguan seksual
·      Menerima tanggung jawab yang berkaitan dengan peran jendernya
·      Menghargai sistem yang berlaku
·      Mampu membina hubungan efektif dengan orang lain
C.        PERKEMBANGAN SEKSUALITAS.
1. Masa Bayi (0-12 bulan)
·         Penentuan jender laki-laki atau perempuan
·         Pembedaan diri sendiri dengan orang lain secara bertahap
·         Genital eksternal sensitif terhadap sentuhan
·         Bayi laki-laki mengalami ereksi penis
·         Bayi perempuan mangalami lubrikasi vagina
·         Bayi laki-laki mengalami ereksi nokturnal spontan
·         Stimulasi taktil (sentuhan, menyusu, memeluk, membuai): senang & nyaman berinteraksi dengan manusia
·         Respons orangtua : membentuk arah dari perkembangan seksual, edukasi dan kenyamanan
2. Todler (1-3 tahun)
·         Identitas jender berkembang secara kontinyu (terus menerus)
·         Mampu mengidentifikasi jender diri sendiri
·         Mulai menirukan tindakan orang tua yang berjenis kelamin sama ,misal berinteraksi dengan boneka, pakaian yang dipakai
3. Pra Sekolah (4-5 tahun)
·         Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat
·         Mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan teman bermain
·         Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar
·         Belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku
·         Menyukai orang tua yang berbeda jenis
·         Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang bayi bisa ada
·         Anak menguatkan rasa identitas jender dan mulai membedakan perilaku sesuai jender yang didefinisikan secara sosial.
·         Mulai menirukan tindakan orangtua yang berjenis kelamin sama.

4.    Masa Usia Sekolah (6-12 tahun)
·         Mempunyai identifikasi yang  kuat dengan orang tua yang berjenis kelamin sama (misalnya anak perempuan dengan ibu)
·         Senang berteman dengan sesama jenis
·         Kesadaran diri meningkat
·         Mempelajari konsep dan peran jender
·         Mulai menyukai hal yang bersifat pribadi, modis Bagi anak usia 6-10 th, edukasi dan penekanan tentangseksualitas datang dari orang tua dan gurunya.
·         Anak mulai punya keinginan dan kebutuhan privasi
·         Anak juga harus diberi penjelasan potensial terjadi penganiayaan seksual
·         Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang perilaku seksual, menstruasi, reproduksi, seksualitas
5.    . Masa Pubertas dan Remaja (12-18 tahun)
·         Karakteristik seks mulai berkembang
·         Adanya pertumbuhan tanda-tanda kelamin sekunder.
·         Perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sangat dramatis.
·         Informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, PMS dan kehamilan.
·         Karakteristik seks mulai berkembang
·         Mengembangkan hubungan yang menyenangkan
·         Dapat terjadi aktivitas seksual, misalnya masturbasi
·         Mengidentifikasi orientasi seksual (homoseks / heteroseks)
·         Mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani orang tua
6. Masa Dewasa Awal (18-40 tahun)
·         Telah mencapai maturasi tetapi terus mengeksplorasi untuk kematangan emosional dalam hubungan.
·         Mengembangkan hubungan yang intim
·         Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat
·         Beberapa pasangan  berbagi tugas : keuangan, pekerjaan rumah tangga
·         Pada Akhir dewasa individu menyesuaikan dengan perubahan sosial yang terjadi, terjadi aktivitas seksual
7. Masa Dewasa Tengah (40-65 tahun)
·          Penurunan produksi hormon
·         Wanita mengalami menopause (umumnya usia 40-55 tahun)
·         Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap
·         Mulai memperkokoh stándar moral dan etik
·         Mengalami ancaman terhadap body image akibat penuaan
·         Terjadinya perubahan fisik yang terjadi pada proses penuaan harus dijelaskan pada klien.
8. Dewasa akhir (65 tahun keatas )
·         Aktivitas seksual lebih berkurang
·         Sekresi vagina berkurang, payudara mengalami atrofi
·         Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan memerlukan waktu lebih lama untuk dapat ereksi dan ejakulasi
·          Seksualitas beralih pada penekanan pada prokreasi menjadi penekanan pada pertemanan, kedekatan fisik, komunikasi, intim, dan hubungan fisik mencari kesenangan.

D.       RESPON TERHADAP SEKSUALITAS.
Siklus respon seksual adalah:
            1.Fase Exicetement
Yaitu peningkatan bertahap dalam rangsangan seksual 
Wanita :
  • Lubrikasi vaginal :dinding vaginal berkeringat.
  • Ekspansi 2/3 bagian dalam lorong vagina.
  • Peningkatan sensitifitas & pembesaran klitoris serta labia.
  • Ereksi putting dan peningkatan ukuran payudara.
      Pria  :
  • Ereksi penis
  • Penebalan dan elevasi skrotum
  • Elevasi dan pembesaran moderat testis
  • Ereksi putting.
2. Plateu 
Yaitu penguatan respons fase exicetement 
Wanita  :
  • Retraksi klitoris
  • Pembentukan p’atform orgasmus : pembengkakan 1/3 luar vagina dan labia minora.
  • Perubahan warna kulit yg tampak hidup
  • Peningkatan tengan otot pernafasan
  • Peningkatan frekuensi denyut jantung,TD, RR
      Pria  :
  • Peningkatan ukuran glans penis
  • Peningkatan intensitas warna glans
  • Elevasi & peningkatan 50% ukuran testis
  • Peningkatan tegangan otot dan pernafasan.
  • Peningkatan frekuensi denyut jantung,TD, RR
3.Orgasme 
Yaitu penyaluran kumpulan darah & tegangan otot 
Wanita  ;
  • Kontraksi involunter platform,orgasme, uterus,rektal,dan spinter uretral, dan kel otot lain
  • Hiperventilasi dan peningkatan frekeunsi jantung.
  • Memuncaknya frekuensi jantung, TD, RR
Pria  :
  • Penutupan spinter urinarius interna
  • Sensasi ejakulasi yg tidak tertahankan
  • Kontraksi duktus deferens vesikek seminalis proksimal dan duktus ejakulatoris.
  • Memuncaknya frekuensi denyut jantung,TD, RR
  • Ejakulasi
4.Resolusi 
Yaitu fisiologis dan psikologis kembali kedlm keadaan tidak terangsang 
Wanita :
  • Relaksasi bertahap dinding vagina
  • Perubahan warna yang cepat pada labia minora
  • Berkeringat
  • Secara bertahap frekeunsi jantung, TD, RR kembali normal.
  • Wanita mampu mengalami kembali orgasme. 
Pria  :
  • Kehilangan ereksi penis
  • Periode refraktori ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak enak
  • Reaksi berkeringat
  • Penurunan testis.
  • Secara bertahap frekeunsi jantung, TD, RR kembali normal.

E.        FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKSUALITAS.  
Faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas adalah sebagai berikut:
1.    Faktor Fisik 
  • Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik.
  • Kondisi fisik dapat berupa penyakit ringan/ berat.
  • Citra tubuh yang buruk.
2. Faktor Hubungan
  • Masalah dalam berhubungan dapat mempengaruhi hubungan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual
  • Tergantung dari bagaimana mereka berkompromi dan bernegosiasi mengegosiasi mengenai perilaku seksual yang dapat diterima.
3. Faktor Gaya Hidup
  • Meliputi penyalahgunaan alhokol dlm aktivitas seks,ketersediaan wktu,penentuan yang tepat utk aktivitas seks.
  • Penggunaan alkohol akan memberikan eforia palsu
4. Faktor Harga Diri
Jika harga diri seksual tidak dipelihara dengan mengembangkan perasaan yg kuat ttg seksual diri dan dgn mempelajari keterampilan seksual, aktivitas seksual mungkin memberikan perasaan negatif atau tekanan perasaan seksual.Harga diri seksual dpt ternggangu oleh : perkosaan,penganiayaan fisik/emosi,dll
5. Budaya Berpakaian, tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai norma.Peran laki-laki dan perempuan  mungkin juga akan dipengaruhi budaya. 
6.         Nilai-nilai religi  Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait seksualitasMisalnya larangan  aborsi, hubungan seks tanpa nikah.
7.         Status kesehatan       Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Me dikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh,dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya  secara seksual. 
F.         KEHAMILAN DAN SEKSUALITAS
Kehamilan dimulai saat pertemuan (konsepsi) sperma dan sel telur, sampai melahirkan. Kehamilan itu akan mempengaruhi kehidupan si Ibu. Dan selanjutnya pola kehidupan, termasuk kehidupan seksual si Ibu pun dapat mempengaruhi perkembangan kehamilan. Selama hamil, timbullah berbagai perubahan-perubahan dalam diri si Ibu. Hormon-hormon kewanitaan akan meningkat tinggi sekali. Salah satu pengaruhnya ialah rasa mau muntah sampai muntah.
Seksualitas adalah ungkapan dari dua individu akan perasaan, hasil kasih sayang, saling menghargai, perhatian dan saling menyenangkan satu sama lain. Tidak hanya terbatas hanya ditempat tidur dan bagian tubuh.

G.       MASALAH-MASALAH SEKSUALITAS
1.    Penganiayaan  seksual
Penganiayaan seksual mencakup tindak kekerasan pada wanita, pelecehan seksual, perkosaan, pedofilia, inses, pornografi anak, efek traumatic, masalah fisik dan psikologis. 
Contoh :  I Ibu yang yang mengalami penganiayaan selama masa kehamilan cenderung melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah. Anak-anak yang mengalami penganiayaan dapat beresiko terhadap masalah kesehatan, emosional, kinerja di sekolah dan dapat terjadi peningkatan keagresifan dan menjadi orang dewasa yang melakukan tindakan kekerasan. Pelaku pengaiaayan harus dilaporkan kepada yang berwenang. 
  2. Aborsi
Aborsi adalah pengguguran janin secara paksa. Aborsi dapat dilakukan oleh wanita yang telah menikah ataupun yang hamil sebelum menikah
            Contohnya apabila ada seorang wanita yang tidak menginginkan kehamilannya maka ia melakukan aborsi, namun setelah melakukannya klien mungkin dapat mangalami rasa bersalah  dan berduka disinilah peran perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien tersebut. 
        3.Penyakit  menular seksual (PMS)
            PMS ditularkan dari individu yang terinfeksi kepada pasangannya selama kontak seksual intim berlangsung. Tempat penularannya biasanya genital, tetapi mungkin juga titular melalui oral-genital atau anal-genital. 
            Contoh-contoh penyakit menular seksual adalah penyakit Gonorrea, klamida, dan sifilis disebabkan oleh bakteri kemudian penyakit Herpes genital dan HIV/AIDS disebabkan oleh virus.
H.       SEKSUALITAS DALAM PROSES KEPERAWATAN
Klien tidak akan pernah lepas dari aspek seksualitas. Dalam pelayanan kesehatan dengan pendekatan holistik,semua aspek saling berinteraksi. Untuk itu perawat diharapkan mampu untuk :
  • Membangun dasar pengetahuan dan pemahaman yang wajar tentang dimensi seksualitas sehat dan area palin umum dari perubahan dan disfungsi seksual
  • Mengkaji tingkat kenyamanan dan keterbatasan mereka sendiri dalam mendiskusikan seksualitas.
  • Perawat dapat belajar untuk mengenali masalah yang berada diluar jangkauan mereka dan melakukan rujukan untuk klien guna mendapatkan bantuan.
Dan perawat hendaknya memiliki enam ketrampilan dasar perawat dalam memberikan pelayanan seksualitas
  • Pengetahuan dan kenyamanan diri terhadap seksualitas pribadi
  • Pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan seksualitas sepanjang rentang kehidupan
  • Pengetahuan tentang seksualitas dasar, termasuk bagaimana masalah kesehatan dan penyelesaiannya dapat mempengaruhi seksualitas dan fungís seks serta intervensi apa yang dapat memfasilitasi ekspresi seksual
  • Keahlian komunikasi terapeutik
  • Menerima seksualitas sebagai area penting dalam intervensi keperawatan dan adanya kemauan bekerja dengan klien yang mempunyai berbagai jenis ekspresi seksualitas
  • Kemampuan mengenal kebutuhan klien dan anggota keluarga dalam mendiskusikan topik seksualitas, tidak hanya dengan tulisan atau audiovisual tapi juga melalui diskusi verbal





BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN.

 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek seksualitas tidak akan pernah terlepas dari kehidupan masyarakat, termasuk dalam pelayanan kesehatan, Sehingga kita harus dapat mengidentifikasi bagian-bagian dari aspek seksualitas yaitu konsep seksualitas, kesehatan seksualitas, perkembangan seksualitas, respon seksual, kehamilan dan seksualitas, masalah seksualitas serta mengertahui cara menanganinya.

B.   SARAN.
Perawat adalah pelayan bagi masyarakat, yang bertugas memberikan perawatan serta pelayanan yang baik bagi masyarakat, untuk itu disarankan kepada perawat agar dapat mengetahui berbagai aspek seksualitas sehingga dapat menerapkan enam ketrampilan dasar perawat dalam memberikan pelayanan seksualitas dengan baik.












DAFTAR PUSTAKA

Meta. 2008. Konsep Seksualitas. http://setengahbaya.info/Konsep-Seksualitas.html
Misbah, Nurul.2009. Sex Education.  http://webcache.googleusercontent.com
NN.2009.Seks Dalam Kehamilan. http://www.scribd.com
Potter dan Perry.1999.fundamental keperawatan.EGC:Jakarta
Purbanova, Reni.2009.Aspek Seksualitas Dalam Keperawatan. http://images. badoyokanews.multiply.multiplycontent.com

Tidak ada komentar: